KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI MASA KINI*
Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd **
A. Pengantar
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah proses penanaman daya pengaruh. Proses tersebut dikelola dalam rangka memaksimalkan terpenuhinya tujuan dan berbagai kepentingan hidup berorganisasi. Daya pengaruh itu melekat bersamaan dengan nilai-nilai kebaikan, profesionalisme dan komitmen. Tanpa daya pengaruh tak ada kepemimpinan, yang ada hanyalah ketua, kepala dan sebagainya.
Plato memandang bahwa, kepemimpinan adalah tindakan bijak yang memungkinkan manusia mengenali kebenaran dan rasionalitas yang melahirkan kebahagiaan dan moralitas. Plato menjelaskan bahwa, pemimpin yang baik adalah mereka yang memperjuangkan kebaikan dan mengerti tentang kebenaran serta berusaha membantu anggotanya agar mereka memahami apa itu kebenaran.
Keutamaan seorang pemimpin terletak pada pengetahuannya tentang nilai-nilai kebenaran, serta mampu memperjuangkan nilai-nilai tersebut untuk mencapai kebahagiaan.
Penulis memandang bahwa tugas utama pemimpin adalah memperjuangkan nilai-nilai kebaikan, kesejahteraan, kemanusiaan dan keadilan. Terpenuhinya nilai-nilai tersebut dapat mendorong terciptanya iklim organisasi yang maju, harmoni dan seimbang.
Tugas
Aristoteles memandang bahwa untuk mencapai kebahagiaan perlu menciptakan keseimbangan rasional, moral dan sosial di antara sesama manusia. Pemimpin dengan kekuatan rasio dan moral yang baik diharapkan mampu membantu pengikutnya untuk menempatkan diri dalam kehidupan sosial yang lebih produktif. Mereka yang tidak memiliki nilai-nilai dan pengetahuan tentang kebaikan dan kebenaran, dan tidak mampu memperjuangkan nilai-nilai tersebut, menurutnya tidaklah termasuk pemimpin yang baik.
Kepemimpinan yang baik mampu memadukan antara kepentingan organisasi dengan hak-hak, kebebasan dan tanggungjawab individu. Oleh karena itu seorang pemimpin tidak cukup hanya memahami pengetahuan kepemimpinan dan nilai kebaikan, tapi juga harus memiliki kemampuan memahami karakteristik, kebutuhan dan kemampuan orang lain serta memiliki seni mengatur dan mempengaruhi orang lain dengan baik.
Yang menjadi masalah di lapangan antara lain bahwa fungsi kepemimpinan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak berfungsinya daya pengaruh
B. Organisasi dan Kompleksitas Perubahan
Tatakelola organisasi bukanlah suatu cara dan sistem yang berdiri sendiri, namun keberadaannya dipengaruhi oleh tuntutan kebutuhan, arus perubahan dan tantangan masa depan.
1. Kebutuhan. Kebutuhan manusia semakin hari semakin meningkat, sementara kemampuannya semakin hari cenderung semakin menurun. Oleh karena itu, seorang pemimpin dalam suatu organisasi akan dihadapkan pada kesenjangan antara kebuthan di satu sisi dengan kemampuan anggota di sisi lain. kebutuhan manusia bersifat tak terbatas sementara kemampuan organisasi bersifat terbatas. Kondisi itulah yang mendorong tumbuhnya dinamika kehidupan dalam berorganisasi.
2. Arus perubahan. Secara hakiki segala sesuatu yang menempati ruang dan waktu pasti akan berproses. Setiap proses akan mendorong tumbuhnya perubahan, dan setiap perubahan akan melahirkan sesuatu yang baru. Manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru.
Kegagalan seorang dalam melakukan tugas kepemimpinannya antara lain disebabkan oleh ketidak mampuannya dalam melakukan proses penyesuaian diri dengan sesuatu yang baru yang berkembang dibalik perubahan.
Perubahan tersebut selain bersifat kompleks dan tak terprediksi, juga cenderung liar, kontradiktif dan saling berbenturan. Perubahan itupun cenderung mendorong terbentuknya suatu peristiwa yang dapat mengubah, menggantikan, menghancurkan, dan bahkan mempunyai efek yang mematikan terhadap peristiwa-peristiwa sebelumnya. Sementara dunia tumbuh secara tak beraturan, saling bergantung, diskontinu dan tidak dapat diprediksi secara pasti. Karena itu, masa depan semakin jauh berbeda dengan masa silam, dan semakin tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Dunia dipaksa tidak tumbuh seperti anak tangga yang tersusun dari bawah ke atas atau sebaliknya, atau seperti tersusunnya manik-manik yang direnteng dalam sebuah sebuah kalung.
3. Tantangan masa depan. Tantangan masa depan ditandai oleh makin ketatnya persaingan. Ketatnya persaingan cenderung memicu tumbuhnya kompleksitas di berbagai bidang kehidupan, baik kompleksitas pendidikan, politik, ekonomi, social budaya, maupun hukum. Mana kebijakan pendidikan dan mana kebijakan tentang politik, mana kebijakan hukum dan mana kebijakan keamanan, mana kebijakan ekonomi dan mana kebijakan social ? Perubahan seperti itu dapat mengaburkan studi masa depan yang amat dibutuhkan hasilnya bagi penetapan visi dan program secara efektif.
Menguatnya kompleksitas kepentingan, cenderung mendorong munculnya gejala disorientasi nilai, disharmoni social, disorder system, dan disfungsi peran dan profesi. System nilai bukan saja menjadi kabur tapi sudah disalahfungsikan, kehidupan social berkembang ke arah chaos, peran dan profesi tenaga di lingkungan lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan akan semakin jauh dari fungsi pokoknya. Akibatnya system tidak berjalan sebagaimana mestinya, sementara persaingan berjalan semakin kompleks.
Kompleksitas persaingan memaksa para pengelaola organisasi melakukan reposisi dan refungsionalisasi bidang-bidang atau komponen-komponen sejalan dengan tuntutan perubahan yang berjalan amat pesat.
Memasuki masa depan yang sarat dengan kompleksitas persaingan, maka tindakan efisiensi, rekayasa ulang, benchmarking, perbaikan terus menerus, persaingan berdasarkan waktu (time-based competition), atau penerapan manajemen kualitas total hanya merupakan komponen penting yang teramat dibutuhkan dalam organisasi, bukan jaminan dapat memenangkan persaingan. Untuk memenangkan persaingan, pimpinan dan semua komponen organisasi harus memiliki spirit selalu berada di depan dengan jaminan bahwa mereka akan sampai lebih dulu di garis finish, karena persaingan adalah adu cepat untuk mencapai garis finish.
C. Memimpin Organisasi Masa Kini
Kepemiminan itu identik dengan kekuasaan. Inti kekuasaan adalah daya pengaruh. Fungsi daya pengaruh adalah untuk memaksimalkan terpenuhi kepentingan kekuasaan dalam organisasi.
Pertanyaan mendasar dalam bagian ini adalah, apa yang dipimpin ? Yang dipimpin itu bukan sekedar program, barang dan lingkungan. Yang dipimpin itu bukan sekedar tangan, kaki, mata, telinga dan tubuh manusia dalam arti fisik. Yang dipimpin itu logika, spirit, hati, iman dan kekuatan psikis lainnya. Mengapa ? karena tangan, kaki dan tubuh manusia pada hakikatnya adalah pelayan jiwa, pelayan logika, pelayan hati dan pelayan iman. Oleh karena itu, apabila ingin sukses dalam memimpin maka kuasai logika, hati, spirit, iman dan kekuatan psikis lainnya.
Sekalipun badan seseorang kekar dan tenaganya kuat, tapi mereka tidak akan mampu menggerakan tangan dan kakinya apabila tidak diperintah oleh jiwanya, logikanya, hatinya atau imannya. Ketika seseorang berusaha menguasai bawahan dalam arti fisiknya, maka dalam hitungan detik ia akan kehilangan kekuasaannya ketika karyawan itu berada di luar pengawasannya. Dengan demikian, kalau tugas kepemimpinan hanya diarahkan pada proses “penguasaan fisik” karyawan/ guru, maka ia tidak akan memperoleh sesuau kecuali fisik yang tidak memiliki arti tanpa kekuatan psikis.
Dengan demikian, seorang pemimpin mutlak harus membangun dan memberdayakan logika, jiwa, hati, iman, spirit, dan motivasi anggota. Apabila pemimpin dapat melakukan proses pemberdayaan logika, jiwa, hati, dan iman, maka semua sumber daya organisasi dapat dikembangkan secara optimal. Tapi sebaliknya, apabila pemimpin hanya berkosentrasi pada pemberdayaan program, sumber daya organisasi, lingkungan dan orang dalam arti fisik, makapemimpin akan gagal dalam melaksanakan tugas kepemimpinanya.
Kegagalan pemimpin pada umumnya disebabkan oleh kesalahannya dalam memandang manusia. Manusia hanya dipandang sebagai tubuh yang terbungkus oleh baju. Manusia bukan tubuh yang terbungkus baju, tapi manusia adalah jiwa, logika, iman, hati yang dibungkus oleh tubuh. Jadi tubuh itu adalah topeng-topeng yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kekuatan jiwa.
Ketika fisiknya dikuasai, boleh jadi perintah-perintah pimpinan “dipatuhi”. Apabila diperintahkan untuk datang lebih pagi tiba di kantor, mungkin ia patuhi perintahnya. Bila diperintahkan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, mungkin juga perintahnya dipatuhi. Mengapa ? karena si karyawan itu sudah dikuasai fisiknya. Namun apabila ia berada di luar jangkauan pengawasan atasannya, maka bukan saja ia tidak mematuhi perintahnya tapi boleh jadi ia mencaci atasannya dengan sumpah serapah.
Ada beberapa pola kepemimpinan yang sering dijumpai dalam suatu lembaga/instansi/ organisasi, dsb. Antara lain pola kepemimpinan tradisional-otoriter, dan pola kepemimpinan konstruktif-demokratis.
Pola kepemimpinan tradisional banyak menggunakan pendekatan kekuasaan melalui
a. Ancaman,
b. Kekerasan,
c. Hukuman,
d. Persekongkolan,
e. Adu domba,
f. Penciptaan suasana keruh dan tidak menyenangkan,
g. Pengalihan isu,
h. Dusta dan sebagainya.
Teknik kekuasaan yang diterapkan dalam pola kepemimpinan konstruktif-demokratis, antara lain dilakukan melalui langkah dan pendekatan:
a. Menciptakan suasana yang mendorong setiap orang merasa dirinya penting dan berharga
b. Menciptakan suasana yang menyenangkan bagi semua pihak
c. Belajar untuk tidak melihat sisi negatif pada bawahan, tapi lebih memperhatikan sisi positif dan keunggulan mereka. Oleh karena itu, pimpinan berusaha untuk melihat sekecil apapun kemampuan dan jasa baik mereka pada organisasi.
d. Mengubah sikap, pemikiran dan perilaku anggota dilakukan melalui jalan pikiran dan kebutuhan orang yang akan diubah.
e. Kuasai bawahan dengan perhatian, kecintaan dan kasih sayang. Oleh karena itu, pimpinan lebih banyak menggunakan pendekatan psikologi, budaya dan kemanusiaan.
f. Menjaminkan kepercayaan dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kejujuran, keadilan, kebenaran, profesionalisme dan komitmen yang kuat pada kepentingan semua pihak dalam organisasi.
g. “Membeli” minat, kesenangan, dan pengorbanan bawahan yang telah mereka berika pada organisasi
h. Menghargai sekecil apapun jasa, kemampuan dan pendapat bawahan
i. Membangun citra dan mengubah keburukan dengan kebaikan.
D. Kegagalan Dalam Kepemimpinan
Kegagalan dalam kepemimpinan umumnya disebabkan oleh dua hal: Orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir (Reverend W.A. Nance).
Diantara penyebab kegagalan seseorang dalam memimpin antara lain:
a. Kesalahan dalam mengakses dan menafsirkan data serta kesalahan dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan
b. Ketidak-seimbangan antara tugas, fungsi, peran dan tanggung jawab dengan kewenangan dan penghargaan
c. Visi, misi, tujuan dan program tidak ditopang oleh daya dukung organisasi (anggaran, kinerja, leadership, fasilitas dan tata kelola) sehingga banyak komponen organisasi yang tidak berfungsi dengan baik.
d. Terlalu berlebih memberikan penilalain pada diri sendiri dan ketidak-mampuan memberikan kritikan atas kekurangan/ kelemahan diri.
e. Kesalahan dalam menempatkan karyawan dan terlalu fokus pada hal yg bersifat teknik serta tidak berani mengambil keputusan dalam keadaan kritis
f. Lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek daripada pertumbuhan jangka panjang
g. Selalu terlambat dalam mengakses peluang dan sumber informasi serta tidak memperhatikan gelombang perubahan dan tuntutan masa depan
h. Gila hormat dan sanjungan, bermental pesimis, selalu mengeluh serta tidak memiliki keahlian, keteladanan
i. Kesalahan dalam menerapkan strategi pengembangan organisasi. (Safety strategy, survival strategy, development strategy ? )
j. Tidak mau membuka ruang bagi perubahan dan kemajuan
k. Selalu melindungi kursi dan takut kehilangan jabatan sehingga hilang konsistensi dan kewibawaan
E. Kunci Sukses dalam Kepemimpinan
Sukses itu bukan sekedar tercapainya kebutuhan material semata tapi terpenuhinya harapan dan kebahagiaan.
Di bawah ini ada beberapa indikator tentang kesuksesan dalam kepemimpinan
a. Ada jaminan bahwa orang lain telah dilayani dengan baik (posisi pemimpin bukan untuk dilayani tapi berkewajiban melayani setiap orang yang ia pimpin).
b. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara tepat, cepat dan akurat.
c. Selalu bicara tentang urusan yang penting, strategis dan berharga dengan orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat.
d. Memimpin organisasi dengan teladan dan jaminan kepercayaan (jaminan profesionalisme, kejujuran dan komitmen)
e. Selalu berorientasi pada perubahan, pemutakhiran dan perbaikan misi, program dan strategi dengan tetap memiliki program dan strategi alternatif.
f. Keberanian memulai dan kemampuan menguasai sumber-sumber informasi dan teknologi strategis
g. Tidak sekedar menjual gedung, ilmu dan keterampilan, tapi menjual kepercayaan yang di dalamnya ada profesionalisme, jaminan kejujuran akademik dan nilai-nilai kebenaran.
h. Kenalil dan pahami kemampuan dan karakteristik orang, jangan hanya ingin dikenal dan dipahami oleh orang lain.
i. Tidak kehilangan komunikasi dan hubungan baik dengan setiap orang dalam organisasi.
j. Tidak mengukur orang lain dari kepentingan dan kemampuan sendiri.
k. Tidak menentukan arah angin tetapi mengawal arah layar pada kapal artinya Tidak bertindak tanpa arah dan tujuan yang jelas
l. Tidak sekedar menyalahkan tetapi membangun kemajuan bersama. Tidak reaktif tapi proaktif
m. Perahu itu aman apabila berada di pelabuhan, tapi bukan itu maksud dibuatkan perahu.
n. Janin itu aman dan nyaman ketika berada dalam bulatan telur, tapi janin tidak akan menjadi itik apabila tidak berani membongkar dinding telor
o. Pelaut ulung tidak lahir dari pantai yang tenang tapi lahir dan tumbuh di atas gelombang samudra yang besar.
Kesuksesan pemimpin juga dapat dilihat dari kemampuannya dalam merespons aspirasi. Di bawah ini ada beberapa teknik merespons aspirasi bawahan, antara lain: Merespons langsung, menunda, mengganti dengan yang lain, mengalihkan perhatian, mengabaikan, mempeti eskan dan menolak langsung
Penutup
Dalam kepemimpinan ada proses pemecahan masalah dan tindakan pengambilan keputusan. Dalam kepemimpinan ada pengaturan dan pengayoman yang dilakukan dalam rangka memperjuangkan kehormatan, kesejahteraan, keamanan, dan keharmonisan berorganisasi. Untuk memperlancar tercapainya kondisi tersebut, perlu diciptakan sikap saling memahami, saling bekerjasama dan sikap saling menutupi kelemahan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu, dalam praktinya seni kepemimpinan lebih menonjol dibanding dengan teori-teori dan konsep kepemimpinan.
Menurut pandangan Hasan Al-Basri bahwa, pemimpin itu :
(a) bagai Pengembala yang menyayangi ternaknya; Ia giring ternaknya ke tempat yang subur dan banyak air; Ia lindungi dari kebinasaan dan dari binatang buas; Ia lindungi dari panas terik matahari
(b) Bagai seorang ayah yang menyayangi anaknya; Ia ikut sakit bila anaknya sakit dan menderita; dinafkahi, dididik, dilindungi dari kejelakan, dan dibesarkan tanfa pamrih
(c) Bagai Ibu yang mencintai anaknya; Tidak benci sekalipun menyusahkan selama dalam kandungan; Ia tidak tidur ketika anaknya sakit dan menderita; Ia senang bila anaknyabahagia; jalinannya selalu terjaga oleh kecintaannya yang tulus.
Surat Dari Umar Bin Khottob Untuk Abu Musa Al-Asy’ari, :
(1) Wahai hamba Allah, janganlah bersikap seperti hewan yang melewati sebuah lembah subur, dia tidak mempunyai cita-cita kecuali menggemukan badan, padahal kematiannya terletak pada kegemukannya.
(2) Ketahuilah bahwa seorang pemimpin bertanggungjawab dihadapan Allah. Jika ia sesat, maka rakyatpun akan sesat. Sesungguhnya pemimpin yang paling menderita di Hari Kiamat, adalah pemimpin yang menyebabkan rakyatnya menderita
(3) Janganlah takut pada kekuatan musuh, tapi takutlah pada dosa dan kemaksiatan bawahanmu
TAR BACAAN
1. Bryson, John M, (2004), Strategic Planinning For Public and Nonprofit Organizations, Jossey Bass, San Fransisco
2. Carnegie, Dale (2009), leadership Mastery How to Challange Yourself and Other to Greatness, Fireside Simon & Schuster, New Tork USA.
3. Cohen, A William A (2001), Seni Kepemimpinan, Spektrum, Jakarta
4. Drucker, Peter E (2004) Managing for The Future, elsevier, New delhi.
5. Gibson, Rowan (1998), Rethinking The Future, GM, Jakarta
6. Mulyasana, Dedi, (2011), Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Rosda Karya, Bandung
7. Robbins, Stephen P, (1994), Teori Organisasi Struktur, Disain & Aplikasi, Arcan, Jakarta.
)*Disampaikan dalam Kongres XII Perhimpunan Radiografer Indonesia (RAPI), tanggal 19 November 2011 di Grand Royal Panghegar, Bandung
)**Guru Besar Manajemen Pendidikan/ Ketua Prodi S-3 Pascasarjana Universitas Islam Nusantara/ Ketua Korpri Kopertis 4 Jabar-Banten
0 Response to "KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI MASA KINI"
Posting Komentar