PARI dalam pandangan ‘seorang’ Barisan Penggembira



PARI dalam pandangan ‘seorang’ Barisan Penggembira
(catatan Jelang Kongres Nasional XII PARI)
Oleh: Dino Gayuh

Saya sebagai penggembira barisan PARI, kali ini akan berbagi…  sekedar ingin menggambarkan sepengethuan dangkal saya mengenai organisasi tercinta kita. Boleh jadi tulisan ini agak subyektif, mungkin karena faktor kedekatan secara emosional saya dengan ketua PARI dan beberapa inspirator yang telah berani memeprtaruhkan waktu istirahat, waktu bersama keluarga, waktu menempa karier dan bahkan pertaruhan nyawa demi membangun PARI tercinta.

Mata saya benar-benar terbelalak, perasaan saya begitu terkesima saat saya dan rekan di GSU roadshow untuk silaturahmi dan berdiskusi dengan para radiographer-radiografer yang terbukti telah mewarnai PARI dan radiografer Indonesia dari segi keilmuwan dan segi harga diri radiogarfer Indonesia.


Jauh dengan apa yang dipikirkan oleh para (maaf) facebooker yang banyak berkoar di Facebook (selanjutnya hanya ditulis FB) tapi ironisnya jarang aktif pada acara-acara PARI. Saya melihat orang-orang arsitek PARI malah jarang atau mungkin malah tidak  pernah terlihat di FB (kecuali bpk Edy Rumhadi_salah satu konseptor & arstiketur) mungkin itu kesalahan mereka yang tidak pernah mempublikasikan kiprah mereka, ide-ide mereka dan impian mereka di FB. Mereka benar-benar DO MORE BERKOAR-KOAR LESS. 

Selama road show dan berdiskusi dengan mereka saya jadi tambah bangga dan angkat topi terhadap kinerja para pengurus PARI dari periode ke periode. Insya ALLAH hasil wawancara dengan mereka akan kami rampungkan tahun ini dan kami cetak dalam buku ya sebuah persembahan kecil kami untuk  PARI dengan harapan mampu menginspirasi teman-teman semua.

Semoga Kongres Nasonal PARI yang akan datang ini mampu meningkatkan prestasi kerja pengurusnya. Sangat disayangkan apabila kita mengukur kinerja PARI hanya dengan TBR. Sama sekali tidak mengecilkan arti TBR, saya meyakini dengan kenaikan TBR maka menambah penghasilan untuk rekan sejawat yang di PNS, BUMN, TNI/POLRI dan beberapa rekan sejawat kita di swasta. 

Saya melihat begitu banyak kinerja dari PARI yang sekarang dan bahkan dari sisi keorganisasian jauh banyak peningkatan. Mungkin karena focus kita hanya pada kenaikan TBR sehingga kemajuan-kemajuan yang lain serasa tidak terlihat apalagi memang kita pasif dan hanya sekedar melihat PARI di FB.
Saya juga melihat pengurus PARI juga sangat konsen dalam kenaikan TBR meski masih harus melewati beberapa tahap lagi. Saya sendiri juga miris, saat bersamaan para pengurus sedang menghimpun pertemuan dengan pihak terkait (rapat dengan beberapa depertemen strategis utk penentukebijakan UU kenaikan TBR) tapi di FB kita sedang hangat mencemooh, ya saya bilang mencemooh karena terlihat jelas dalam ungkapan kita, tata bahasa tanpa solusi dan tanpa pengetahuan yang cukup terhadap apa yang sedang dikerjakan,. 

Apakah kita tidak terpikir bagaimana mereka menghimpun depertemen-departemen terkait di pemerintahan? Bagaimana juga dana/budget untuk kegiatan tersebut?
Apakah kita memaklumi dengan pejabat pemerintah yang tidak  mau hadir karena tidak ada fasilitas akomodasi dari PARI sebagai pengundang? Kalaupun kita maklum lalu dana tersebut dari mana, iurankah kita? 

Dan masih banyak pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita. Apakah kita meyakini kekuatan dasar hukum TBR dengan akar undang-undang yang mendahuluinya?
Kita tahu keberhasilan TBR terjadi pada masa kepemimpinan Bpk Mursyid, apakah kita tahu berapa lama mereka butuh waktu menggolkanya? Siapa arsitek strategi dibalik proses tersebut?

Mari kita tidak terbawa arus kepemimpinan PARI apakah harus swasta atau negeri, menurut saya kita semua punya hak yang sama, hanya saja siapa yang Benar-benar Mau , benar-benar Sempat dan benar-benar Mampu ?

Saya pribadi masih bangga dengan kepengurusan sekarang yang saya anggap jauh lebih transparan. Saya juga masih meyakini dengan kapabelitas kepengurusan sekarang. Saat duduk bersanding dengan organisasi-organisasi profesi kesehatan, hanya PARI yang termasuk dianggap siap dengan sistem yg ada dan dan dianggap paling kompak. Eksistensi PARI di Bapeten, Depkes dan instansi lainya sangat diperhitungkan. Kepengurusan PARI sekarang banyak memberi warna undang-undang yang diterbitkan pemerintah dalam kurun waktu bbebrapa tahun terakhir.

Jika memungkinkan pengurus sekarang melanjutkan kepengurusan periode berikutnya , saya sangat mendukung. “Ah kamu ga tau aja mengenai AD/ART” mungkin terlintas pertanyaan tersebut di benak anda.

Untuk kemajuan PARI yang akan datang,  Lalu dari kita bisa apa?  dari kita juga harus lebih aktif memberikan ide dan saran terutama gebrakan untuk rekan sejawat kita di RS swasta. Siapa bilang juga aspirasi kita tidak didengar oleh para pengurus PARI? Selama cara penyampaian yang benar dan sesuai etika yang ada mereka (pengurus PARI) sangat responsive.

Saya bangga dan salut untuk sahabat di grup Café Radiologi, TRC, Plus-plus, RFC dan grup-grup yang lain. Bagi saya anda sangat motivasional di era anak muda sekarang.

Pada kesempatan ini mungkin tidak berlebihan bila saya mengucapkan terimaksih dan bangga kepada para inspirator-inspirator saya: Bpk Koman Suganda, Bpk Kabul Pratikno (Alm), Bpk Abdul gamal, Bpk Edy Rumhadi, Bpk Sugardo, Bpk Yansen Hutapea, Bpk Dahyono, Bpk Irwan Katili, Bpk Sugiyanto, Bpk Agus Widana, dan para arsitek-arsitek PARI yang lain yang belum saya sebutkan satu persatu. 

Saya juga bangga terhadap radiografer yang secara tidak langsung melambungkan harga diri radiographer, seperti: mas Bambang Yudho (Riau) dengan wacana-wacana pengembangan diri-nya, mas Bambang Wahono (Jatim) dengan wacana dinamisasai radiografer hingga sekarang menjadi salah satu direktur PRAHITA, mas Milyono (Riau) sebagai radiogarfer pertama yang menjadi Kadinkes, mas Bambang Supriyanto (Jakarta) dengan teori radiografinya sehingga menumbangkan keangkuhan teory orang-orang Jepang. 

Mas AA Gede Panca (Bali) dengan pengabdian dan motor radiografer di bali, mas M Arif (Kepri) radiogarfer yang menjadi anggota DPRD, mas Jimpudus (Jatim) dengan artikel radiografer di majalah luar negerinya, mas Puji Supriyono (Jakarta) dengan pandangan eksplorasi diri seorang radiografernya, mas Hasan Basri (Jakarta) dengan bukti dan inspirasi wira-usahanya, mas Yudi Lahardi (Jakarta) dengan inspirasi radiografer importir dan sole agent (resmi) alat radiologi termuda dan masih banyak para inspirator yang belum saya eksplore disini.
Nantikan juga buku yang menceritakan pengalaman-pengalaman mereka yang emotional, motivasional dan sangat inspiratif.


best regards
dino

0 Response to "PARI dalam pandangan ‘seorang’ Barisan Penggembira"

Posting Komentar

back to top