CT SCAN COLON ( CT – COLONOSCOPY )

Oleh: Haris (RS Awal Bross – Pekan Baru-Riau)

Adalah Pemeriksaan terhadap usus besar dengan menggunakan alat CT-Scan.

CT-Scan colon dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :
1. Dengan memasukkan kontras media positif.
2. Dengan memasukkan kontras media negative.

Tujuan pemeriksaan : untuk melihat kelainan-kelainan pada daerah usus besar.

Indikasi Pemeriksaan :
1. Colitis
2. Polip
3. Tumor
4. Invaginasi
5. Hemoroid

Kontra indikasi :
1. Perforasi
2. Keadaan umum pasien jelek
3. Diare


Persiapan Pasien :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makanan lunak / bubur kecap dan disarankan banyak minum air
2. Jika kita lakukan pagi maka makan bubur kecap yg terakhir jam 19.00 wib. Dan jika pemeriksaan dilakukan siang, makan terakhir jam 07.00 wib.
3. Jika kita lakukan pemeriksaan pagi, maka pasien minum garam inggris 1 bks dicmpur dgn air 1 gelas jam20.00 wib. Utk pemeriksaan siang maka minum garam inggris dicampur air 1 gelas jam 07.00 wib.
4. Jika dilakukan pemeriksaan pagi maka mulai puasa jam24.00 wib dan jika dilakukan siang, puasa jam07.00, pasien dianjurkan tdk merokok dan tdk boleh bnyak bicara.
5. Besok pagi / siang pasien dtg ke radiologi dlm keadaan puasa.
6. Sebaiknya sebelum pemeriksaan pasien dilakukan klisma.

Persiapan Alat dan Bahan :
1. Cateter
2. Gunting klem
3. Spuit 20cc
4. Jelly
5. Spuit cateter
6. Handscone
7. Bahan Kontras dan gelas



Persiapan pasien :
1. Petugas radiologi menjelaskan tentang yg akan diperiksa ke pasien.
2. Petugas radiologi meminta ke pasien mengganti pakaian dgn pakaian yg telah disiapkan / baju pasien.
3. Pasien diminta naik ke atas meja pemeriksaan.

Prosedur pemeriksaan , cara 1 :
1. Masukkan data pasien kedalam computer CT-Scan ( nama,umur,jenis kelamin dan klinis pasien ).
2. Minta pasien agar menggantikan baju dgn yg sudah kita persiapkan.
3. Ambil cateter dan beri jelly diujung cateter tersebut.
4. Kita beritahukan kepasien cateter akan dipasang melalui anus.
5. Pasien dimiringkan.
6. Cateter dimasukkan ke anus pasien dan buat balon agar cateter tersebut tidak lepas dan cateter di klem.
7. Setelah dipasang, pasien diminta tiduran biasa ( AP Supine ).
8. Ambil spuit cateter 50cc dan kita isi udara lalu dimasukkan melalui cateter dgn melepas klem yg telah terpasang tadi.
9. Lalu klem kembali cateternya dan kita ambil spuit cateter yg berisi udara dan dimasukkan kembali melalui cateter.
10. Lakukan terus sampai pasien merasa perutnya sakit sekali.
11. Lakukan CT-Scan dgn program CT-Scan whole abdomen.
12. Setelah selesai , kita melepaskan cateter yg terpasang dan meminta pasien utk ganti baju.
13. Pemeriksaan selesai.
14. Setelah itu kita mengolah gambar di program work station CT-Scan dgn membuka aplikasi CT-Colonoscopy.
15. Kita ambil gambar dan lakukan print pada film,kertas dan disimpan ke dalam CD Room.

Prosedur pemeriksaan, cara 2 :
1. Masukkan data pasien kedalam computer CT-Scan ( nama,umur,jenis kelamin dan klinis pasien ).
2. Minta pasien agar menggantikan baju dgn yg sudah kita persiapkan.
3. Kita siapkan kontras media dan dicampur dengan air.
4. Ambil cateter dan beri jelly diujung cateter tersebut.
5. Beritahu pasien bahwa cateter akan dipasang melalui anus pasien.
6. Pasien dimiringkan.
7. Cateter dimasukkan ke anus pasien dan kita buat balon agar kateter tersebut tdk lepas dan cateter di klem.
8. Setelah dipasang cateter, pasien diposisikan AP Supine.
9. Ambil spuit cateter 50cc dan kita isi dgn kontras lalu dimasukkan melalui cateter dgn melepas klem yg telah dipasang.

10. Lalu klem kembali cateter dan ambil spuit cateter yg berisi udara dan dimasukkan kembali melalui cateter.
11. Lakukan terus sampai kontars media habis.
12. Lakukan CT-Scan dgn program CT-Scan whole abdomen.
13. Setelah selesai CT-Scan, lepaskan cateter yg terpasang dan meminta pasien utk mengganti baju.
14. Pemeriksaan selesai.
15. Gambar diolah di program work station CT-Scan dgn membuka aplikasi 3D.
16. Kita ambil gambar dan lakukan print pada film,kertas dan disimpan ke dalam CD Room.

CT SCAN COLON ( CT – COLONOSCOPY )

Oleh: Haris (RS Awal Bross – Pekan Baru-Riau)

Adalah Pemeriksaan terhadap usus besar dengan menggunakan alat CT-Scan.

CT-Scan colon dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :
1. Dengan memasukkan kontras media positif.
2. Dengan memasukkan kontras media negative.

Tujuan pemeriksaan : untuk melihat kelainan-kelainan pada daerah usus besar.

Indikasi Pemeriksaan :
1. Colitis
2. Polip
3. Tumor
4. Invaginasi
5. Hemoroid

Kontra indikasi :
1. Perforasi
2. Keadaan umum pasien jelek
3. Diare


Persiapan Pasien :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makanan lunak / bubur kecap dan disarankan banyak minum air
2. Jika kita lakukan pagi maka makan bubur kecap yg terakhir jam 19.00 wib. Dan jika pemeriksaan dilakukan siang, makan terakhir jam 07.00 wib.
3. Jika kita lakukan pemeriksaan pagi, maka pasien minum garam inggris 1 bks dicmpur dgn air 1 gelas jam20.00 wib. Utk pemeriksaan siang maka minum garam inggris dicampur air 1 gelas jam 07.00 wib.
4. Jika dilakukan pemeriksaan pagi maka mulai puasa jam24.00 wib dan jika dilakukan siang, puasa jam07.00, pasien dianjurkan tdk merokok dan tdk boleh bnyak bicara.
5. Besok pagi / siang pasien dtg ke radiologi dlm keadaan puasa.
6. Sebaiknya sebelum pemeriksaan pasien dilakukan klisma.

Persiapan Alat dan Bahan :
1. Cateter
2. Gunting klem
3. Spuit 20cc
4. Jelly
5. Spuit cateter
6. Handscone
7. Bahan Kontras dan gelas

Pemeriksaan CT Scan Abdomen

Oleh Kukuh Nurcahyo, SST (Departemen Radiologi Dr. Cipto Mangunkusumo)

Definisi
• Adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat Computed Axial Tomography Scanning yang luas lapangannya meliputi daerah diafragma hingga sympisis pubis.
• CAT Scan dikenal juga sebagai CT Scan, yang mana dari hasil irisan Transversal/ Axial gambar dapat diolah/ direkonstruksi menjadi penampang Coronal dan atau Sagital

Indikasi Pemeriksaan:
• Kista
• Abses
• Infeksi
• Tumor
• Aneurisma
• Pembesaran KGB
• Corpus Alienum
• Perdarahan di dalam perut
• Diverticulitis
• Penyakit usus inflamasi
• Usus buntu

Pemeriksaan Laboratorium
Pasien diinstruksikan untuk memeriksakan kadar ureum dan kreatinin darah

Persiapan Pasien Sebelum Pemeriksaan
• Pasien diminta meminum Barium Sulfat sebanyak 75 ml yang telah dicampur dengan Air mineral hingga mencapai 500 ml.
• Setelah habis, Pasien diinstruksikan untuk puasa selama 4 – 5 jam.
• Alternatif lain, bisa juga menggunakan bahan kontras water soluble sebanyak 10 cc yang juga dicampur dengan air mineral.



Persiapan Pasien…
• Pasien diminta mengisi Inform Consent
• Anamnesa pasien akan adanya riwayat asma, penyakit lain yang pernah diderita, alergi terhadap obat-obatan yang diminum dan atau makanan laut

Persiapan Alat
• MS Computed Tomography (MSCT)
• Peralatan Automatic Injektor Double / Single Syringe
• Kontras Media Non Ionik
• Panflon 22 atau 20 G
• Kapas alkohol
• Plester
• Tourniquet (stuwing)
• NaCL 0,9 %
• Obat emergency
• Oksigen

Persiapan Pasien Saat Pemeriksaan
• Instruksikan Pasien untuk mengganti pakaian yang telah disiapkan
• Tanggalkan seluruh pakaian kecuali celana dalam
• Lepas seluruh benda logam yang melekat pada tubuh pasien
• Berikan minum air mineral sebanyak +/- 100 ml

Pemberian Penjelasan ke Pasien
• Berikan Penjelasan tentang jalannya Pemeriksaan
• Instruksi yang akan dilakukan oleh Pasien: Tarik Nafas – Keluarkan – Tahan – Nafas biasa kembali
• Sensasi Kontras Media yang akan dirasakan oleh Pasien: Nyeri awal – dingin – Hangat ke seluruh badan
• Minta Pasien untuk memberitahukan pada petugas apabila terjadi reaksi alergi

Positioning Pasien
• Posisi Pasien
 Posisikan Pasien tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan
 Arahkan kaki terlebih dahulu yang memasuki Gantry (Feet First, Supine)
 Berikan selimut untuk mengurangi rasa dingin dalam ruang pemeriksaan
 Fiksasi tubuh pasien dengan pengikat (strap)

• Posisi Objek
 Atur Mid Sagital Plane pada pertengahan meja Pemeriksaan
 Letakkan Lengan pasien di atas kepala
 Ganjal daerah lutut sehingga dalam keadaan flexi

Pengaturan Sentrasi Sinar
• Atur batas awal sinar pada ketinggian di atas diafragma
• Sedangkan sinar horizontal pada ketinggian pertengahan objek (Mid Axilary Line)

Tahapan Pemeriksaan
• Topogram
• Abdomen No CM 8 mm
• Abdomen CM 8 mm
• Control Scan
• Delayed Scan 8 mm

Keunggulan MSCT
• Scaning lebih cepat dan dapat dilakukan dalam sekali tahan napas sehingga dapat mengurangi terjadinya motion artefact
• Dapat melakukan rekonstruksi ulang pada hasil gambaran
• Konsentrasi Kontras Media pada pembuluh darah jauh lebih baik dengan scan delay dan flow rate yang tepat
• Dapat menghasilkan gambaran MPR, MIP atau 3D sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan

Pemeriksaan CT Scan Abdomen

Oleh Kukuh Nurcahyo, SST (Departemen Radiologi Dr. Cipto Mangunkusumo)

Definisi
• Adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat Computed Axial Tomography Scanning yang luas lapangannya meliputi daerah diafragma hingga sympisis pubis.
• CAT Scan dikenal juga sebagai CT Scan, yang mana dari hasil irisan Transversal/ Axial gambar dapat diolah/ direkonstruksi menjadi penampang Coronal dan atau Sagital

Indikasi Pemeriksaan:
• Kista
• Abses
• Infeksi
• Tumor
• Aneurisma
• Pembesaran KGB
• Corpus Alienum
• Perdarahan di dalam perut
• Diverticulitis
• Penyakit usus inflamasi
• Usus buntu

Pemeriksaan Laboratorium
Pasien diinstruksikan untuk memeriksakan kadar ureum dan kreatinin darah

Persiapan Pasien Sebelum Pemeriksaan
• Pasien diminta meminum Barium Sulfat sebanyak 75 ml yang telah dicampur dengan Air mineral hingga mencapai 500 ml.
• Setelah habis, Pasien diinstruksikan untuk puasa selama 4 – 5 jam.
• Alternatif lain, bisa juga menggunakan bahan kontras water soluble sebanyak 10 cc yang juga dicampur dengan air mineral.

PEMERIKSAAN COLLON IN LOOP (BARIUM ENEMA) DI EKA HOSPITAL PEKANBARU

Pengertian : Pemeriksaan radiologi terhadap daerah usus besar dengan memasukkan kontras media negatif, positif atau keduanya.

Tujuan Pemeriksaan : Untuk melihat kelainan daerah colon.

Indikasi Pemeriksaan :
1. Colitis
2. Polip
3. Tumor
4. Invaginasi
5. Hemoroid
6. Hisprung

Kontra indikasi :
1. Perforasi
2. Keadaan umum pasien jelek
3. Pasien tidak kooperatif

Persiapan Alat dan Bahan :
1. Barium Powder
2. Air
3. Folley Chateter no 24 atau 18
4. Gunting klem
5. Spuit 50 cc
6. Jelly
7. Handscone

Persiapan pasien sebelum tindakan:
1. Petugas radiologi menjelaskan tentang pemeriksaan radiologi yang akan dilakukan kepada pasien dengan mengisi form persetujuan tindakan.
2. Petugas radiologi menginstruksikan pasien untuk mengganti pakaian dgn pakaian yg telah disiapkan / baju pasien.
3. Petugas radiologi meminta pasien utk menyelesaikan urusan BAK atau BAB sebelum pemeriksaan.

Persiapan Alat dan Bahan :
1. Barium Powder
2. Air
3. Folley Chateter no 24 atau 18
4. Gunting klem
5. Spuit 50 cc
6. Jelly
7. Handscone

Persiapan pasien sebelum tindakan:
1. Petugas radiologi menjelaskan tentang pemeriksaan radiologi yang akan dilakukan kepada pasien dengan mengisi form persetujuan tindakan.
2. Petugas radiologi menginstruksikan pasien untuk mengganti pakaian dgn pakaian yg telah disiapkan / baju pasien.
3. Petugas radiologi meminta pasien utk menyelesaikan urusan BAK atau BAB sebelum pemeriksaan.



Tekhnik pemeriksaan :
1. Foto Polos Abdomen
2. Foto Lateral
3. Foto PA
4. Foto Abdomen PA tampak seluruh colon
5. Foto abdomen AP tampak seluruh colon
6. Foto abdomen LLD tampak seluruh colon
7. Foto abdomen RLD tampak seluruh colon
8. Foto abdomen AP ERECT tampak seluruh colon

Prosedur pemeriksaan :
 Pertama dilakukan foto polos abdomen. Hal ini bertujuan untuk melihat persiapan pasien dan untuk mendapatkan faktor eksposi yg tepat.
 Siapkan barium yang sudah dicampur air.
 Masukkan Folley cahteter no 24 yg sudah diberi jelly ke dlm anus pasien dan buat balon pada kateter agar kateter tidak lepas.
 Setelah itu, masukkan barium sebanyak 100 cc.
 Agar barium tidak keluar lagi dari kateter, maka ujung luar kateter diklem.
 Buat foto lateral dan abdomen prone.
 Masukkan barium semuanya secara perlahan lahan dan diberi juga kontras udara. Kemudian pasien diguling-gulingkan 5x.
 Buat foto abdomen PA (PRONE), AP (SUPINE),RLD, LLD DAN ERECT dengan tampak seluruh colon.
 Persilahkan pasien ke toilet dan kita melepaskan cateter di kamar mandi.
 Persilahkan pasien BAB di toilet utk mengeluarkan bahan kontras.
 Pemeriksaan colon in loop selesai.

PEMERIKSAAN COLLON IN LOOP (BARIUM ENEMA) DI EKA HOSPITAL PEKANBARU

Pengertian : Pemeriksaan radiologi terhadap daerah usus besar dengan memasukkan kontras media negatif, positif atau keduanya.

Tujuan Pemeriksaan : Untuk melihat kelainan daerah colon.

Indikasi Pemeriksaan :
1. Colitis
2. Polip
3. Tumor
4. Invaginasi
5. Hemoroid
6. Hisprung

Kontra indikasi :
1. Perforasi
2. Keadaan umum pasien jelek
3. Pasien tidak kooperatif

Persiapan Alat dan Bahan :
1. Barium Powder
2. Air
3. Folley Chateter no 24 atau 18
4. Gunting klem
5. Spuit 50 cc
6. Jelly
7. Handscone

Persiapan pasien sebelum tindakan:
1. Petugas radiologi menjelaskan tentang pemeriksaan radiologi yang akan dilakukan kepada pasien dengan mengisi form persetujuan tindakan.
2. Petugas radiologi menginstruksikan pasien untuk mengganti pakaian dgn pakaian yg telah disiapkan / baju pasien.
3. Petugas radiologi meminta pasien utk menyelesaikan urusan BAK atau BAB sebelum pemeriksaan.

Persiapan Alat dan Bahan :
1. Barium Powder
2. Air
3. Folley Chateter no 24 atau 18
4. Gunting klem
5. Spuit 50 cc
6. Jelly
7. Handscone

Persiapan pasien sebelum tindakan:
1. Petugas radiologi menjelaskan tentang pemeriksaan radiologi yang akan dilakukan kepada pasien dengan mengisi form persetujuan tindakan.
2. Petugas radiologi menginstruksikan pasien untuk mengganti pakaian dgn pakaian yg telah disiapkan / baju pasien.
3. Petugas radiologi meminta pasien utk menyelesaikan urusan BAK atau BAB sebelum pemeriksaan.

PENATA LAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI KONVENSIONAL TRAKTUS DIGESTIVUS

Oleh : H. Iwan Ridwan, SAP (Radiografer RS. Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo)

ANATOMI TRAKTUS DIGESTIVUS (SALURAN PENCERNAAN)

SALURAN PENCERNAAN DIBAGI DUA BAGIAN :
a. Saluran pencernaan atas (Upper gastro intestinal tract) terdiri atas:
1. ORGAN UTAMA:
• Rongga Mulut
• Oesopagus
• Lambung
• Duodenum

2.ORGAN TAMBAHAN:
• Kalenjar Ludah


b. Saluran pencernaan bawah (Lower gastrointestinal tract) terdiri atas :
1. ORGAN UTAMA :
Usus halus
Usus Bersar

2. ORGAN TAMBAHAN:
Sistem Bilier

TEKNIK RADIOGRAFI TRAKTUS DIGESTIVUS


TEKNIK RADIOGRAFI SALURAN PENCERNAAN ATAS:
• Barium Swallow = Esofagografi
• Barium Meal = Maag Duodenum (MD)
• Sialografi (Adisional)

TEKNIK RADIOGRAFI SALURAN PENCERNAAN BAWAH
• Barium Follow Through = Small Intestine Series
• Barium Enema = Colon In Loop
• Lopografi

Media kontras untuk saluran pencernaan
• Pada umumnya digunakan barium sulfat.
• Pada keadaan pasein tertentu digunakan media kontras water soluble iodine.
• Pada teknik radiografi tertentu digunakan media kontras negatif : udara dan efferfecent


PENATA LAKSANAAN BARIUM ENEMA, LOWER GASTRO INTESTINAL TRACT
ATAU COLON IN LOOP


PENGERTIAN
Pemeriksaan secara radiologi pada usus besar dengan menggunakan media ontras baik positif maupun negative atau keduanya yang disebut kontras ganda (Double Contras)

TUJUAN
Untuk mempelajari bentuk dan fungsi dari usus besar serta mendeteksi adanya kelainan.

INDIKASI PEMERIKSAAN
INDIKASI UMUM
• Diare kronis
• Hematoschezia
• Obstipasi kronis
• Perubahan pola defekasi

INDIKASI MENURUT KLINIS
• Kolitis
• Kolitis Ulkus
• Divertikulum
• Tumor Kolon
• Tumor intraabdomen di luar kolon
• Kelainan kongeniktal : Hirschprung
• Invaginasi
• Volvulus
• Polip

PERSIAPAN PASIEN
• PASIEN DENGAN OBSTIPASI KONIS
Minimal dua hari sebelum pemeriksaan makan yang mudah dicerna, lunak, tidak mengandung serat dan lemak. Minum banyak, diberi laksan dan dipuasakan.

• TANPA RIWAYAT OBSTIPASI
1. Minimal satu hari sebelum pemeriksaan makan yang mudah dicerna, lunak, tidak mengandung serat dan lemak, minum banyak.
2. Diberikan laksan 8-12 jam sebelum pemeriksaan
3. Puasa makan kira-kira 8 jam.

• CATATAN
Pasien dengan riwayat diare tidak diberi laksan.




PROYEKSI PEMERIKSAAN
• Dibuat foto polos abdomen
• Foto lateral rectosigmoid
• Foto kolon deenden
• Foto flexura lienalis
• Foto kolon transversum
• Foto flexura hepatika
• Foto kolon asenden
• Foto ileosekal
• Dibuat foto full filling
• Dibuat foto post evakuasi

PENATA LAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI KONVENSIONAL TRAKTUS DIGESTIVUS

Oleh : H. Iwan Ridwan, SAP (Radiografer RS. Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo)

ANATOMI TRAKTUS DIGESTIVUS (SALURAN PENCERNAAN)

SALURAN PENCERNAAN DIBAGI DUA BAGIAN :
a. Saluran pencernaan atas (Upper gastro intestinal tract) terdiri atas:
1. ORGAN UTAMA:
• Rongga Mulut
• Oesopagus
• Lambung
• Duodenum

2.ORGAN TAMBAHAN:
• Kalenjar Ludah


b. Saluran pencernaan bawah (Lower gastrointestinal tract) terdiri atas :
1. ORGAN UTAMA :
Usus halus
Usus Bersar

2. ORGAN TAMBAHAN:
Sistem Bilier

TEKNIK RADIOGRAFI TRAKTUS DIGESTIVUS


TEKNIK RADIOGRAFI SALURAN PENCERNAAN ATAS:
• Barium Swallow = Esofagografi
• Barium Meal = Maag Duodenum (MD)
• Sialografi (Adisional)

TEKNIK RADIOGRAFI SALURAN PENCERNAAN BAWAH
• Barium Follow Through = Small Intestine Series
• Barium Enema = Colon In Loop
• Lopografi

Media kontras untuk saluran pencernaan
• Pada umumnya digunakan barium sulfat.
• Pada keadaan pasein tertentu digunakan media kontras water soluble iodine.
• Pada teknik radiografi tertentu digunakan media kontras negatif : udara dan efferfecent


PENATA LAKSANAAN BARIUM ENEMA, LOWER GASTRO INTESTINAL TRACT
ATAU COLON IN LOOP


PENGERTIAN
Pemeriksaan secara radiologi pada usus besar dengan menggunakan media ontras baik positif maupun negative atau keduanya yang disebut kontras ganda (Double Contras)

TUJUAN
Untuk mempelajari bentuk dan fungsi dari usus besar serta mendeteksi adanya kelainan.

INDIKASI PEMERIKSAAN
INDIKASI UMUM
• Diare kronis
• Hematoschezia
• Obstipasi kronis
• Perubahan pola defekasi

INDIKASI MENURUT KLINIS
• Kolitis
• Kolitis Ulkus
• Divertikulum
• Tumor Kolon
• Tumor intraabdomen di luar kolon
• Kelainan kongeniktal : Hirschprung
• Invaginasi
• Volvulus
• Polip

PERSIAPAN PASIEN
• PASIEN DENGAN OBSTIPASI KONIS
Minimal dua hari sebelum pemeriksaan makan yang mudah dicerna, lunak, tidak mengandung serat dan lemak. Minum banyak, diberi laksan dan dipuasakan.

• TANPA RIWAYAT OBSTIPASI
1. Minimal satu hari sebelum pemeriksaan makan yang mudah dicerna, lunak, tidak mengandung serat dan lemak, minum banyak.
2. Diberikan laksan 8-12 jam sebelum pemeriksaan
3. Puasa makan kira-kira 8 jam.

• CATATAN
Pasien dengan riwayat diare tidak diberi laksan.


REAKSI UMUM PADA ORANG DEWASA



Setiap Radiografer hampir dipastikan  dalam melaksanakan aktivitas kerjanya berinteraksi dengan benda/bahan yang sering disebut  kontras, atau lebih afdolnya dinamakan bahan kontras (Contrast Media).

Nah… berikut ini beberapa kemungkinan “REAKSI” yang akan muncul ketika kita menggunakan bahan kontras terhadap pasien orang dewasa.

Jenis reaksi yang terjadi pada pasien dewasa secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 , yaitu :

REAKSI RINGAN
Berupa rasa mual, muntah, yang meningkat pada penggunaan media kontras High Osmolality (HOMK). Urtikaria juga meningkat dengan penggunaan HOMK ionic. Beberapa reaksi biasanya bersifat ringan walaupun urtikaria bisa menjadi gejala yang sedang. Tidak ada penanganan khusus yang diberikan, tetapi sebagai catatan, mungkin saja mereka mengalami reaksi yang lebih berat.

Pada pasien dengan beberapa reaksi, harus dilakukan monitoring setidaknya 20-30 menit untuk memastikan tidak tejadinya penurunan kondisi. Reaksi ringan lainnya meliputi rasa panas yang merupakan respon psikologis terhadap kontras agen dengan osmolalitas tinggi, difusi erithema, yang menyebabkan peningkatan reaksi, dan hipotensi ringan.

REAKSI SEDANG
Berdasarkan pengertiannya, sifatnya tidak mengancam hidup (walau hal itu mungkin saja terjadi), tetapi terjadinya reaksi ini membutuhkan penanganan yang cukup, mencakup gejala urtikaria, reaksi vasofagal, bronchopasme, tachycardia dan edema laringeal ringan. Reaksi sedang membutuhkan monitoring hingga benar-benar pulih. Pengobatan mencakup diphenhydramine untuk gejala sesak nafas, pergerakan kaki untuk hipotensi, penggunaan beta-agonist inhaler untuk bronchospasme, atau enenephrine untuk edema laryngeal.


REAKSI BERAT
Merupakan kejadian buruk yang bersifat potensial atau mengancam kehidupan. Walaupun jarang, adalah suatu keharusan untuk semua personel yang menyuntikkan media kontras untuk awas. Pasien mungkin telah mengalami berbagai gejala dan tanda-tanda yang beragam, mulai dari difusi erythema sampai berhentinya detak jantung. Reaksi ini mencakup reaksi vasovagal, bronchopasme berat dan sedang, laryngeal edema sedang dan berat, penglihatan kabur, dan berhentinya detak jantung.

REAKSI PADA ORGAN SPESIFIK
Meliputi PEA ( pulseless electrical activity ), edema pulmo, mendengkur. Thrombosis venus bisa terjadi akibat respon dari pemasukan media kontras. Efek terhadap ginjal memerlukan perhatian yang lebih dalam beberapa tahun terakhir, dengan penambahan populasi dan peningkatan kegunaan pemeriksaan CT dan kateterisasi yang membutuhkan injeksi media kontras dalam jumlah besar. Pathogenesis dari kerusakan akibat kontras pada ginjal tidaklah jelas, dan mungkin saja itu terjadi akibat mekanisme yang multiple.
Selamat ber-kontras ria.............

REAKSI UMUM PADA ORANG DEWASA



Setiap Radiografer hampir dipastikan  dalam melaksanakan aktivitas kerjanya berinteraksi dengan benda/bahan yang sering disebut  kontras, atau lebih afdolnya dinamakan bahan kontras (Contrast Media).

Nah… berikut ini beberapa kemungkinan “REAKSI” yang akan muncul ketika kita menggunakan bahan kontras terhadap pasien orang dewasa.

Jenis reaksi yang terjadi pada pasien dewasa secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 , yaitu :

REAKSI RINGAN
Berupa rasa mual, muntah, yang meningkat pada penggunaan media kontras High Osmolality (HOMK). Urtikaria juga meningkat dengan penggunaan HOMK ionic. Beberapa reaksi biasanya bersifat ringan walaupun urtikaria bisa menjadi gejala yang sedang. Tidak ada penanganan khusus yang diberikan, tetapi sebagai catatan, mungkin saja mereka mengalami reaksi yang lebih berat.

Pada pasien dengan beberapa reaksi, harus dilakukan monitoring setidaknya 20-30 menit untuk memastikan tidak tejadinya penurunan kondisi. Reaksi ringan lainnya meliputi rasa panas yang merupakan respon psikologis terhadap kontras agen dengan osmolalitas tinggi, difusi erithema, yang menyebabkan peningkatan reaksi, dan hipotensi ringan.

REAKSI SEDANG
Berdasarkan pengertiannya, sifatnya tidak mengancam hidup (walau hal itu mungkin saja terjadi), tetapi terjadinya reaksi ini membutuhkan penanganan yang cukup, mencakup gejala urtikaria, reaksi vasofagal, bronchopasme, tachycardia dan edema laringeal ringan. Reaksi sedang membutuhkan monitoring hingga benar-benar pulih. Pengobatan mencakup diphenhydramine untuk gejala sesak nafas, pergerakan kaki untuk hipotensi, penggunaan beta-agonist inhaler untuk bronchospasme, atau enenephrine untuk edema laryngeal.


REAKSI BERAT
Merupakan kejadian buruk yang bersifat potensial atau mengancam kehidupan. Walaupun jarang, adalah suatu keharusan untuk semua personel yang menyuntikkan media kontras untuk awas. Pasien mungkin telah mengalami berbagai gejala dan tanda-tanda yang beragam, mulai dari difusi erythema sampai berhentinya detak jantung. Reaksi ini mencakup reaksi vasovagal, bronchopasme berat dan sedang, laryngeal edema sedang dan berat, penglihatan kabur, dan berhentinya detak jantung.

REAKSI PADA ORGAN SPESIFIK
Meliputi PEA ( pulseless electrical activity ), edema pulmo, mendengkur. Thrombosis venus bisa terjadi akibat respon dari pemasukan media kontras. Efek terhadap ginjal memerlukan perhatian yang lebih dalam beberapa tahun terakhir, dengan penambahan populasi dan peningkatan kegunaan pemeriksaan CT dan kateterisasi yang membutuhkan injeksi media kontras dalam jumlah besar. Pathogenesis dari kerusakan akibat kontras pada ginjal tidaklah jelas, dan mungkin saja itu terjadi akibat mekanisme yang multiple.
Selamat ber-kontras ria.............

Teknik Radiografi Fistulografi Interna

FISTULOGRAFI INTERNA

1. Pengertian 


  • Fistulografi adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula ( saluran abnormal yang biasanya diantara dua organ.
  • Fistulografi Interna adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula yang menghubungkan dua organ tubuh bagian dalam

2. Tujuan pemeriksaan

untuk melihat dan menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula didalam tubuh

3. Indikasi Pemeriksaan


  • adanya penyakit kronik
  • infeksi anatomi post operasi
  • carcinoma
  • diverticulitis
  • cacat bawaan (kelainan kongenital)


4. Kontra indikasi 


  • infeksi berat pada fistula yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat
  • alergi pada bahan kontras


5. Bahan dan Alat yang dibutuhkan 


  • Spuit 20 cc
  • Introducer
  • sarung tangan
  • kain kasa steril
  • ampul bahan
  • media kontras
  • bengkok
  • alcohol atau betadine
  • penggaris timbal

6. Persiapan Pasien 

  • 1 hari sebelum pemeriksan, pasien harus makan makanan yang lunak dan tidak berserat
  • malam hari jam 20.30 makan garam inggris atau dulcolax tablet 6 buah
  • makan terakhir jam 22.00
  • saat pasien datang ke unit radiologi, lakukan plain foto (abdomen polos)


7. Metode pemasukan bahan kontras

Metode Saxon Basil Stickland
  • persiapkan alat dan bahan
  • bersihkan bagian yang ingin disuntikan bahan kontras
  • beri marker pada daerah tersebut
  • suntikan media kontras secara perlahan-lahan dan lakukan fluoroscopy
  • ambil foto I , foto II dan seterusnya

8. Proyeksi Pemeriksaan

a. Proyeksi AP
  • Ukuran film 24 x 30 cm
  • Posisi pasien : pasien supine atau prone di atas meja pemeriksaan
  • Posisi Objek : MSP tubuh pasien tepat pada MLT , sentrasi dipusatkan pada kaset setinggi L2
  • Central Ray : Vertikal tegak lurus bidang kaset
  • Central Point : pada L3 atau setinggi umbilicus


b. Proyeksi Lateral
  • Ukuran film 24 x 30 cm
  • Posisi pasien : pasien di posisikan true lateral atau posisi pasien miring menghadap salah satu sisi
  • Posisi Objek : MCP tubuh berada pada MLT, sentrasi dipusatkan pada kaset setinggi L2, Fleksikan genue pasien supaya pasien nyaman dan posisi pasien true lateral, dan letakkan tangan pasien di depan kepala atau bawah kepala.
  • Central Ray : vertikal tegak lurus bidang kaset
  • Centra Point : pada L3 setinggi umbilicus


c. Proyeksi Oblique
  • Ukuran film 24 x 30 cm 
  • Posisi pasien : pasien supine diatas meja pemeriksaan, lalu posisi tubuh pasien di miringkan sebesar 45 derajat ke salah satu sisi (kiri ataupun kanan)
  • Posisi objek : MSP tubuh berada pada MLT, sentrasi dipusatkan pada pertengahan SIAS dan symphisis pubis, salah satu tubuh pasien diposisikan miring sebesar 45 derajat ( kiri ataupun kanan), dan letakkan tangan pasien di depan kepala
  • Central Ray : Vertikal tegak lurus bidang kaset
  • Central Point : pada pertengahan SIAS dan symphisis pubis


9 Hasil gambaran Fistulografi Interna

a. Plain foto yang udah diberikan marker


b. Foto saat pemberian bahan kontras

c. Foto saat kontras masuk dari posisi AP 


d. Foto saat kontras masuk pada posisi lateral


e. Foto yang telah memperlihatkan luas, lokasi dan panjang fistel 




- - Cafe Radiologi - -

Teknik Radiografi Fistulografi Interna

FISTULOGRAFI INTERNA

1. Pengertian 


  • Fistulografi adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula ( saluran abnormal yang biasanya diantara dua organ.
  • Fistulografi Interna adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula yang menghubungkan dua organ tubuh bagian dalam

2. Tujuan pemeriksaan

untuk melihat dan menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula didalam tubuh

3. Indikasi Pemeriksaan


  • adanya penyakit kronik
  • infeksi anatomi post operasi
  • carcinoma
  • diverticulitis
  • cacat bawaan (kelainan kongenital)


4. Kontra indikasi 


  • infeksi berat pada fistula yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat
  • alergi pada bahan kontras

Teknik Radiografi RPG (Retrograde Pyelography)

RPG 

1. Pengertian RPG (Retrograde Pyelography)

       Teknik atau prosedur atau tata cara pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan  sinar-X dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan dengan alur sistem urinaria) untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinary sudah tidak berfungsi.Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem pelviocaliceal dengan memasang kateter. Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urology di ruang bedah. Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.


2. Indikasi Pemeriksaan :

  • Stricture Uretra
  • Batu Uretra
  • Uretris Injuri
  • Renal Pelvic Neoplasma
  • Renal Calculi
  • Ureteric Fistule


3. Kontra indikasi pemeriksaan :

  • Urethritis :
merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebabkan infeksi pada traktus urinari distal dan proximal. peradangan yang terjadi akan sulit di obati.

  • Stricture Uretra
Merupakan bukan kontra indikasi absolute, namun pemasukan kateter dapat memperparah keadaan




4. Komplikasi yang mungkin terjadi

  • Injuri Uretra
penggunaan Cystoscopy dengan ukuran yang besar dan tidak digunakannya lubricant (jelly) memungkinkan unjuri terjadi

  • Bladder Injuri
bladder injuri ini sangat jarang terjadi. apabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka perforasi bladder mungkin terjadi

  • Paraphimosis
mungkin terjadi pada pasien yang tidak di circumsis 

  • Stricture Uretra
tidak digunakannya lubricant (jelly) yang cukup dapat menyebabkan luka dan stricture kemudian

  • Cystitis
jika tidak dilakukan aseptic maka terjadi peradangan




5. Persiapan pasien


    persiapan pasien pada RPG sama hal nya dengan persiapan BNO - IVP , yaitu :





  1. Hasil ureum dan creatinin normal
  2. Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
  3. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
  4. Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
  5. Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus
  6. Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
  7. Akibat rasa takut pada jarum suntik, perlu diperhatikan :
    1. Penjelasan pada pasien
    2. Dorongan mental dan emosional
  8. Penandatanganan Informed consent.

6. Persiapan Alat dan Bahan




  • Pesawat sinar-X
  • kontras iodium 20 cc
  • Spuit 20 cc
  • Needle 19 G
  • Film dan kaset 24 x 30 dan 30 x 40
  • Grid atau bucky
  • Marker R/L
  • Kateter (dipasang dgn bantuan cystoscopy)
  • Desinfektan
  • Kontras media, urografin

 7. Prosedur Pemeriksaan

Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra sblm pemeriksaan mulai dilakukan.


a. Lakukan plain foto (Abdomen Polos)
  • untuk memastikan letak kateter ( untuk dokter urologis )
  • untuk mengetahui ketepatan teknik dan positioning ( untuk radiographer )
b. Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju renal pelvis pada ginjal yang diperiksa
  • diambil dengan menggunakan film 24 x 30 cm
  • kontras media dimasukan kembali ± 5 cc sambil kateter di tarik perlahan, lalu foto menggunakan film 30 x 40 cm untuk melihat daerah ureter
  • kontras media dimasukan hingga habis, sambil di tarik diperkirakan kontras habis, foto diambil menggunakan film 30 x 40 cm
 
8. Proyeksi RPG (Retrograde Pyelography)

A. Posisi AP

Posisi Pasien : supine di atas meja pemeriksaan

Posisi Objek : 
  • MSP sejajar dengan pertengahan bucky
  • Kedua tangan disamping tubuh
Central Ray : Tegak lurus pada bidang kaset (vertikal)

Central Point : MSP setinggi crista illiaca

FFD : 100 cm

Catatan :
Gambar harus berada pada orientasi ginjal tidak terpotong dan gambaran mulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada waktu seperti IVP.




b. Posisi AP Oblique

Posisi Pasien
: Semisupine

Posisi Obyek
:
• Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.
• Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.

Central Ray
: Tegak lurus kaset

Central Point
: 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas crista illiaca

FFD
: 100 cm


9. Hasil Gambaran RPG

a. Plain foto


b. Fase 1 


c. Fase 2

d. Fase 3


10. Kesimpulan 

Retrograde pyelografi merupakan pemeriksaan radiologi untuk menilai traktus urinarius. Pemeriksaan ini dilakukan jika pemeriksaan sebelumnya mengalami kegagalan atau informasi yang didapat kurang memadai untuk diagnosis.
 Persiapan yang dilakukan untuk pemeriksaan ini mirip seperti pemeriksaan BNO IVP , namun pada tekniknya kontras media dimasukkan melalui kateter yang dipasang di penis. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan dibawah kontrol fluoroskopi , namun apabila pesawat tidak memungkinkan, maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan ekspos film yang cukup banyak untuk melihat perjalanan kontras media. 


- - Cafe Radiologi - -

Teknik Radiografi RPG (Retrograde Pyelography)

RPG 

1. Pengertian RPG (Retrograde Pyelography)

       Teknik atau prosedur atau tata cara pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan  sinar-X dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan dengan alur sistem urinaria) untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinary sudah tidak berfungsi.Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem pelviocaliceal dengan memasang kateter. Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urology di ruang bedah. Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.


2. Indikasi Pemeriksaan :

  • Stricture Uretra
  • Batu Uretra
  • Uretris Injuri
  • Renal Pelvic Neoplasma
  • Renal Calculi
  • Ureteric Fistule


3. Kontra indikasi pemeriksaan :

  • Urethritis :
merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebabkan infeksi pada traktus urinari distal dan proximal. peradangan yang terjadi akan sulit di obati.

  • Stricture Uretra
Merupakan bukan kontra indikasi absolute, namun pemasukan kateter dapat memperparah keadaan




4. Komplikasi yang mungkin terjadi

  • Injuri Uretra
penggunaan Cystoscopy dengan ukuran yang besar dan tidak digunakannya lubricant (jelly) memungkinkan unjuri terjadi

  • Bladder Injuri
bladder injuri ini sangat jarang terjadi. apabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka perforasi bladder mungkin terjadi

  • Paraphimosis
mungkin terjadi pada pasien yang tidak di circumsis 

  • Stricture Uretra
tidak digunakannya lubricant (jelly) yang cukup dapat menyebabkan luka dan stricture kemudian

  • Cystitis
jika tidak dilakukan aseptic maka terjadi peradangan




5. Persiapan pasien


    persiapan pasien pada RPG sama hal nya dengan persiapan BNO - IVP , yaitu :





  1. Hasil ureum dan creatinin normal
  2. Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
  3. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
  4. Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
  5. Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus
  6. Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
  7. Akibat rasa takut pada jarum suntik, perlu diperhatikan :
    1. Penjelasan pada pasien
    2. Dorongan mental dan emosional
  8. Penandatanganan Informed consent.

6. Persiapan Alat dan Bahan




  • Pesawat sinar-X
  • kontras iodium 20 cc
  • Spuit 20 cc
  • Needle 19 G
  • Film dan kaset 24 x 30 dan 30 x 40
  • Grid atau bucky
  • Marker R/L
  • Kateter (dipasang dgn bantuan cystoscopy)
  • Desinfektan
  • Kontras media, urografin

 7. Prosedur Pemeriksaan

Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra sblm pemeriksaan mulai dilakukan.


a. Lakukan plain foto (Abdomen Polos)
  • untuk memastikan letak kateter ( untuk dokter urologis )
  • untuk mengetahui ketepatan teknik dan positioning ( untuk radiographer )
b. Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju renal pelvis pada ginjal yang diperiksa
  • diambil dengan menggunakan film 24 x 30 cm
  • kontras media dimasukan kembali ± 5 cc sambil kateter di tarik perlahan, lalu foto menggunakan film 30 x 40 cm untuk melihat daerah ureter
  • kontras media dimasukan hingga habis, sambil di tarik diperkirakan kontras habis, foto diambil menggunakan film 30 x 40 cm
 

back to top