Motivasi - Pemenang dalam diri

Sore hari di tengah telaga, ada dua orang yang sedang memancing. Mereka adalah ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu mereka disana. Dengan perahu kecil, mereka sibuk mengatur pancing dan umpan.  Air telaga bergoyang perlahan dan membentuk riak-riak kecil di air. Gelombangnya mengalun menuju tepian, menyentuh sayap-sayap angsa yang sedang berjalan beriringan. Suasana begitu tenang, hingga terdengar sebuah percakapan.
“Ayah.”
“Hmm..ya..” Sang ayah menjawab pelan. Matanya tetap tertuju pada ujung kailnya yang terjulur.  “Tadi malam ini,aku bermimpi aneh.  Dalam mimpiku, ada dua ekor singa yang sedang berkelahi. Gigi-gigi mereka, terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk  mencakar dan menggeram, saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan.” ucap sang anak.

Anak muda ini terdiam sesaat. Lalu, mulai melanjutkan cerita, “singa yang pertama, terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Badannya pun kokoh dan bulunya teratur. Walaupun suaranya keras, tapi terdengar menenangkan buatku.”
Ayah mulai menolehkan kepala, dan meletakkan pancingnya di pinggir haluan.”Tapi, singa yang satu lagi tampak menakutkan buatku. Geraknya tak beraturan, sibuk menerjang kesana-kemari. Punggungnya pun kotor, dan bulu yang koyak. Suaranya parau dan menyakitkan.”


“Aku bingung, maksud dari mimpi ini apa?. Lalu, singa yang mana yang akan memenangkan pertarungan itu, karena sepertinya mereka sama-sama kuat?”
Melihat anaknya yang baru beranjak dewasa itu bingung, sang Ayah mulai angkat bicara. Dipegangnya punggung pemuda di depannya. Sambil tersenyum, ayah berkata, “pemenangnya adalah, yang paling sering kamu beri makan.”
Ayah kembali tersenyum, dan mengambil pancingnya. Lalu, dengan satu hentakan kuat, di lontarkannya ujung kail itu ke tengah telaga. Tercipta kembali pusaran-pusaran air yang tampak membesar. Gelombang riak itu kembali menerpa sayap-sayap angsa putih di tepian telaga.
=========
Sahabat Resensi,  setiap diri kita memiliki “singa” saling bertolak belakang. Masing-masing ingin menjadi pemenang, dengan menjatuhkan salah satunya. Singa-singa itu adalah gambaran dari sifat yang kita miliki. Kebaikan dan keburukan. Dua sifat ini sama-sama memiliki peluang untuk menjadi pemenang dan kita pun dapat mengambil sikap untuk memenangkan salah satunya. Semua tergantung dengan singa mana yang sering kita beri makan.
Salah satu santapan dari singa yang buruk adalah sinetron. Sinetron memiliki naskah yang  dangkal, emosional berlebihan, pendidik yang baik dalam hal kekerasan, kelicikan, alur cerita yang dipanjang-panjangkan, yang makin hari makin tidak berkualitas. Sinetron yang baik bisa dihitung dengan jari.
Belum lagi, kita juga disuguhkan oleh tayangan gosip, yang membuka-buka aib orang lain. Juga tayangan yang mempertontonkan keburukan dan kekerasan.
Ingat, keburukan yang koar-koarkan akan menghasilkan keburukan yang serupa.
Sahabat,
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Ilaah (sembahan) manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
Al Qur’an Surat An-Nas.
Setiap dari kita merindukan tayangan yang berkualitas, yang menengok pribadi-pribadi yang tangguh dalam berjuang tuk mencapai prestasi. Tayangan yang santun, tayangan yang mengajak untuk  lebih dekat dengan Tuhannya.
Apa yang kita baca dan apa yang kita lihat, adalah makanan bagi pikiran kita. Apa yang terpikirkan, itulah yang akan tersikap.

Motivasi - Pemenang dalam diri

Sore hari di tengah telaga, ada dua orang yang sedang memancing. Mereka adalah ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu mereka disana. Dengan perahu kecil, mereka sibuk mengatur pancing dan umpan.  Air telaga bergoyang perlahan dan membentuk riak-riak kecil di air. Gelombangnya mengalun menuju tepian, menyentuh sayap-sayap angsa yang sedang berjalan beriringan. Suasana begitu tenang, hingga terdengar sebuah percakapan.
“Ayah.”
“Hmm..ya..” Sang ayah menjawab pelan. Matanya tetap tertuju pada ujung kailnya yang terjulur.  “Tadi malam ini,aku bermimpi aneh.  Dalam mimpiku, ada dua ekor singa yang sedang berkelahi. Gigi-gigi mereka, terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk  mencakar dan menggeram, saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan.” ucap sang anak.

Anak muda ini terdiam sesaat. Lalu, mulai melanjutkan cerita, “singa yang pertama, terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Badannya pun kokoh dan bulunya teratur. Walaupun suaranya keras, tapi terdengar menenangkan buatku.”
Ayah mulai menolehkan kepala, dan meletakkan pancingnya di pinggir haluan.”Tapi, singa yang satu lagi tampak menakutkan buatku. Geraknya tak beraturan, sibuk menerjang kesana-kemari. Punggungnya pun kotor, dan bulu yang koyak. Suaranya parau dan menyakitkan.”

Teknik Imaging MRI

A. Terminologi :
1. Pencitraan resonansi magnetik atau lazim nya disebut dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging) awalnya disebut dengan NMR ( Nuclear Magnetic Resonance ) hal ini disebabkan dasar pencitraannya bersumber pada pemanfaatan into atom ( Nucleus ) positif ( Proton ) yang berinteraksi dengan gelombang radio dalam medan magnet yang kuat.
2. MRI sangat berkembang dengan pesat karena selain mampu menyajikan informasi diagnostik dengan tingkat akurasi yang tinggi juga bersifat non-invasive (non traumatis), tidak ada bahaya radiasi (radiation hazard), dan menghasilkan gambaran-gambaran organ dari berbagai irisan (Multi planar) tanpa memanipulasi tubuh pasien.

B. Mengapa Dokter merekomendasikan MRI ??
1. MRI dapat menggambarkan jaringan lunak misalnya otak dengan detail yang sangat tinggi.
2. MRI sering dapat memvisualisasikan kelainan pada otak yang sangat kecil atau yang lokasinya pada bagian otak yang tidak dapat ditampilkan dengan CT-SCAN secara baik.
3. Alasan lainnya karena MRI tidak menggunakan sinar-x dan untuk beberapa pemeriksaan organ tertentu tidak memerlukan kontras media.
4. Terkadang memerlukan kontras media Intra Vena yang dinamakan dengan "GADOLINIUM" digunakan untuk menggambarkan jaringan otak dan pembuluh darah.

C. Tampilan gambaran MRI


1. Coronal orientasi : irisan menurut bidang coronal (dari bagian belakang ke arah depan tubuh)
2. Saggital orientasi : irisan menurut bidang sagital (dari bagian kiri ke arah kanan tubuh)
3. Axial orientasi : irisan dari bagian atas ke arah bagian bawah tubuh

D. Pendahuluan 
MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah suatu teknik radiografi penampang tubuh berdasarkan pada efek fisika dengan prinsip resonansi inti atom. Pada pemeriksaan MRI tubuh pasien dimasukan kedalam gantry (medan magnet) dan diransang oleh suatu sinyal radio frequensi (RF).
sebagian besar tubuh manusia terdiri dari hydrogen, rangsangan sinyal RF mengakibatkan atom hydrogen beresonansi dan menyerap sebagian energi dari sinyal RF yang diberikan. pada saat sinyal RF dihentikan, atom hydrogen akan melepas kembali energi tersebut dengan cara mengeluarkan sinyal RF yang akan diterima oleh antena dan dengan bantuan peralatan komputer, sinyal tersebut diolah dan direkontruksi sehingga menghasilkan gambaran dari potongan tuubbuh yang diperiksa. gambaran yang dihasilkan tergantung pada parameter intrinsik dan parameter ekstrinsik. bila pemilihan parameter tersebut tepat maka kualitas gambaran MRI akan dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan kontras jaringan, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat di evaluasi secara tepat.
untuk menghasilkan gambaran MRI yang optimal sebagai alat diagnosa, harus dipahami prosedur-prosedur teknik penggambaran MRI , antara lain
1. memahami dan dapat melaksanakan persiapan pasien dan persiapan pemeriksaan
2. dapat melakukan pemeriksaan dan filming
3. mengenali jenis artefak pada hasil gambaran MRI, sehingga dapat mengatasinya.
4. tanggap pada keadaan darurat dan segera mengatasinya dengan tindakan penyelamatan.


E. Persiapan Pasien
1. Inform Concent adalah surat persetujuan pasien atau keluarga pasien akan tindakan medis yang dilakukan
2. Screening atau safety dan informasi pemeriksaan

screening dilakukan dengan cara mewancarai pasien dengan tujuan untuk mengetahui keadaan yang berbahaya bila melakukan MRI, misalnya :
a) pasien dengan face maker
b) terdapat logam pada tubuh (IUD, Sendi palsu, Neurostimulator, cerebral aneurisme clip, dll)
c) Hamil Muda
informasi kepada pasien, misalnya :
a) tidak boleh bergerak-gerak pada saat pemeriksaan MRI berlangsung
b) akan terdengar suara bising pada saat pemeriksaan MRI berlangsung

3. Transfer pasien khususnya untuk pasien yang tidak dapat berjalan kedalam meja pemeriksaan MRI
4. perlu diperhatikan alat-alat seperti tabung oksigen, alat resusitator, kursi roda, walker logam itu semua tidak boleh berada didalam ruang pemeriksaan MRI
5. Pasien memakai baju pasien dan melepaskan benda-benda ferromagnetik seperti jam tangan, perhiasan, jepit rambut, gigi palsu, dll
6. Upaya kenyamanan pasien :
a) earplugs untuk mengurangi kebisingan pada saat pasien berada didalam ruang pemeriksaan MRI
b) penyangga lutut
c) selimut
d) memberikan dorongan mental terutama untuk pasien penderita claustrophobia

F. Persiapan pemeriksaan
1. Registrasi pasien
2. isi identitas pasien antara lain nama, umur, jenis kelamin, berat badan, jenis pemeriksaan, dokter pengirim, dll
3. Scanning procedures
a) positioning coil selection patien landmarking
b) pulse sequence selection
c) imaging option selection
d) Scanner start up or shut down
e) record keeping or decumentation
f) archiving or deletion of data

G. Positioning
pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan dengan head first atau feet first tergantung dari objek yang diperiksa, misalnya menggunakan head first untuk pemeriksaan kepala, tulang belakang sedangkan menggunakan feet first untuk pemeriksaan ekstremitas bawah, pelvis, dan sebagainya.

H. Pemilihan coil
ada beberapa jenis coil yang dapat dipergunakan pada saat pemeriksaan MRI yaitu
1. BODY COIL, berada tetap didalam gantry
2. HEAD COIL, digunakan untuk pemeriksaan kepala
3. SURFACE COIL, digunakan untuk pemeriksaan ekstremitas, tulang belakang, dan lain-lain.

Head Coil


I. Pemilihan parameter
untuk mendapatkan gambaran MRI yang tepat dan akurat harus dipilih dan digunakan parameter yang tepat juga, antara lain :
1. Kontras T1 (image anatomis)
gambar dengan kontras T1 dipilih parameter T1 yaitu dengan TR (repetition time) dan TE (Echo time) yang pendek
2. Kontras T2 (image pathologis)
untuk mendapatkan gambaran dengan kontras T2 maka dipilih parameter T2 yaitu dengan TR dan TE panjang
3. Kontras proton density (image inter medicate)
untuk mendapatkan gambaran dengan kontras proton density dipilih parameter PD, yaitu TR panjang dan TE pendek

J. Penentuan center magnet (landmarking patient)
untuk mendapatkan gambaran yang optimal, coil dan bagian tubuh yang diamati harus diusahakan sedekat mungkin dengan center magnet misalnya untuk pemeriksaan kepala CM (Center magnet) pada nasion, untuk pemeriksaan daerah lutut CM (center magnet) pada patella

K. Tentukan protokol pada window site dan pilih series
buat 3 plan scanogram misalnya  untuk pemeriksaan MRI kepala dibuat potongan sagital dengan parameter T1, slice thickness 5 mm, interval slice 2.5 mm, FOV 24 cm, matrix 256, L30, T0, R30
setelah tergambar scan scout / scanogram pada tv monitor maka dibuat scan-scan berikutnya sesuai dengan kebutuhan

L. Aplikasi penggunaan MRI
1. berdasarkan organ yang diperiksa seperti head and neck, spine (MRI myelography), musculoskeletal, sistem vaskular, thorax, abdomen, pelvis
2. berdasarkan tujuan penggambarannya seperti  :
a) untuk anatomi, ada MRI (conventional), dan MR angiography (MRA)
b) functional MRI, ada MR-Spectrocopy, MR perfusion, Bold imaging (blood oxygenation level dependent), DTI (diffusion tensor imaging)

MRI (Conventional)
MRI Lumbal
MRI Mylography
MRI ANGIOGRAPHY

MRCP

MRI KNEE

MR Spectrocopy

Perfusion MR

DTI (diffusion tensor imaging)
BLOOD IMAGING (BLOOG OXYGENATION LEVEL DEPENDENT)

M. tindakan penyelamatan pada pemeriksaan MRI
1. bila terjadi keadaan gawat pada pasien maka segera hentikan pemeriksaan MRI dengan menekan tombol ABORT, pasien segera dikeluarkan dari gantry dengan menarik meja pemeriksaan dan berikan pertolongan pertama.pertolongan selanjutnya yang memerlukan peralatan ferromagnetik dilakukan diluar pemeriksaan MRI.
2. kebocoran helium yang ditandai dengan bunyi alarm dari alat sensor oksigen maka tekanlah tombol emergency switch dan segera bawa pasien ke luar ruangan pemeriksaan serta buka pintu ruang pemeriksaan selebar-lebarnya agar terjadi pertukaran udara.
3. QUENCHING yaitu hilangnya sifat medan magnet yang kuat pada gantry secara tiba-tiba. hal ini bisa menyebabkan terjadinya penguapan gas helium sehingga ruang pemeriksaan tercemar gas heliuum dan keluarkan pasien dengan segera.



- - Cafe Radiologi - -




Teknik Imaging MRI

A. Terminologi :
1. Pencitraan resonansi magnetik atau lazim nya disebut dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging) awalnya disebut dengan NMR ( Nuclear Magnetic Resonance ) hal ini disebabkan dasar pencitraannya bersumber pada pemanfaatan into atom ( Nucleus ) positif ( Proton ) yang berinteraksi dengan gelombang radio dalam medan magnet yang kuat.
2. MRI sangat berkembang dengan pesat karena selain mampu menyajikan informasi diagnostik dengan tingkat akurasi yang tinggi juga bersifat non-invasive (non traumatis), tidak ada bahaya radiasi (radiation hazard), dan menghasilkan gambaran-gambaran organ dari berbagai irisan (Multi planar) tanpa memanipulasi tubuh pasien.

B. Mengapa Dokter merekomendasikan MRI ??
1. MRI dapat menggambarkan jaringan lunak misalnya otak dengan detail yang sangat tinggi.
2. MRI sering dapat memvisualisasikan kelainan pada otak yang sangat kecil atau yang lokasinya pada bagian otak yang tidak dapat ditampilkan dengan CT-SCAN secara baik.
3. Alasan lainnya karena MRI tidak menggunakan sinar-x dan untuk beberapa pemeriksaan organ tertentu tidak memerlukan kontras media.
4. Terkadang memerlukan kontras media Intra Vena yang dinamakan dengan "GADOLINIUM" digunakan untuk menggambarkan jaringan otak dan pembuluh darah.

C. Tampilan gambaran MRI


1. Coronal orientasi : irisan menurut bidang coronal (dari bagian belakang ke arah depan tubuh)
2. Saggital orientasi : irisan menurut bidang sagital (dari bagian kiri ke arah kanan tubuh)
3. Axial orientasi : irisan dari bagian atas ke arah bagian bawah tubuh

D. Pendahuluan 
MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah suatu teknik radiografi penampang tubuh berdasarkan pada efek fisika dengan prinsip resonansi inti atom. Pada pemeriksaan MRI tubuh pasien dimasukan kedalam gantry (medan magnet) dan diransang oleh suatu sinyal radio frequensi (RF).
sebagian besar tubuh manusia terdiri dari hydrogen, rangsangan sinyal RF mengakibatkan atom hydrogen beresonansi dan menyerap sebagian energi dari sinyal RF yang diberikan. pada saat sinyal RF dihentikan, atom hydrogen akan melepas kembali energi tersebut dengan cara mengeluarkan sinyal RF yang akan diterima oleh antena dan dengan bantuan peralatan komputer, sinyal tersebut diolah dan direkontruksi sehingga menghasilkan gambaran dari potongan tuubbuh yang diperiksa. gambaran yang dihasilkan tergantung pada parameter intrinsik dan parameter ekstrinsik. bila pemilihan parameter tersebut tepat maka kualitas gambaran MRI akan dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan kontras jaringan, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat di evaluasi secara tepat.
untuk menghasilkan gambaran MRI yang optimal sebagai alat diagnosa, harus dipahami prosedur-prosedur teknik penggambaran MRI , antara lain
1. memahami dan dapat melaksanakan persiapan pasien dan persiapan pemeriksaan
2. dapat melakukan pemeriksaan dan filming
3. mengenali jenis artefak pada hasil gambaran MRI, sehingga dapat mengatasinya.
4. tanggap pada keadaan darurat dan segera mengatasinya dengan tindakan penyelamatan.

Jejak Lain Sang Radiografer edisi Juni 2011

JEJAK LAIN SANG RADIOGRAFER (selanjutnya disingkat JLSR) adalah bentuk lain / modus baru pelecehan terhadap profesi Radiografer. Demikian pendapat seorang kawan dalam menanggapi keberadaan kegiatan yang bertajuk JLSR. “Kok bisa…?!”, aku bertanya. Dengan mengedepankan “jejak lain” daripada “radiografer” bisa difahami bahwa bobot radiografer seolah-olah dipersepsi lebih rendah, lebih tidak berkualitas dan lebih tidak bermakna.


Mencermati pelaksanaan JLSR sejak edisi pertama hingga yang akan digelar bulan ini, para pegiat JLSR begitu gagahnya membangga-banggakan sisi “jejak lain’ dan meniadakan eksistensi radiografer. Kalimat yang kerap terungkap diantara mereka adalah pernyataan, “ngapain jadi radiographer, mau jadi tukang pencet tombol teruuus…???” atau kalimat, “ngapain jadi radiographer, mau jadi tukang tarik nafas-tahan nafas teruus…???” Duuuuuh………..

Benarkah pendapat kawan saya tadi?

Bagaimana pendapat Anda?

Kalau sekadar menyimak pernyataan diatas, seolah-olah pendapat kawan saya tadi mutlak benar, padahal belum tentu.

Sejawat Radiografer yang budiman,

Pada kesempatan yang berbeda, saya bertanya kepada kawan-kawan yang pernah menghadiri acara JLSR. Apa komentar mereka:
- Sangat inspiratif (Samuel)
- Bagus, edukatif, kreatif… (Hendra)
- Mengugah, bermanfaat bangets… (Mamen)
- Muantabs… Lanjutkan !!! (Mega)


Sejawat Radiografer yang budiman,

Untuk dapat memberikan penilaian secara objektif terhadap pelaksanaan JLSR, menurut saya, sebaiknya kita turut hadir menyaksikannya.

SEBUAH PENJELASAN
Penjelasan yang akan diurai berikut ini tentu tidak merepresentasikan Panitia pelaksana kegiatan JLSR. Pendapat yang akan ditulis adalah analisa pribadi berdasarkan interaksi yang cukup intens dengan beberapa kawan yang selama ini banyak terlibat pada kegiatan JLSR ini.

JLSR adalah kegiatan talkshow bulanan yang digagas oleh beberapa alumni APRO/ATRO/Jutro yang dilaksanakan oleh adik-adik mahasiswa yang tergabung dalam KM (Keluarga Mahasiswa) ---dibaca:senat,pen---, didukung oleh para grup facebooker & blogger pemerhati dunia radiografi dan disponsori oleh GSU (Allanger Indonesia).


Sasaran utama peserta JLSR adalah para mahasiswa jurusan radiodiagnostik. Karena kegiatan ini bersifat terbuka, tentu saja tidak menutup kemungkinan bagi rekan-rekan alumni yang tergabung dalam berbagai grup facebook untuk menghadirinya.

Adapun tujuan dari kegiatan JLSR adalah sebuah ikhtiar pencerdasan sekaligus upaya pencerahan bahwa melalui gerbang profesi Radiografer, seorang insan manusia bisa meraih mimpi-mimpinya yang kadang-kadang mimpi-mimpinya tersebut jauh melampaui mimpi-mimpi orang pada umumnya.

Hal ini dibuktikan dengan tamu-tamu yang dihadirkan di acara JLSR adalah mereka-mereka yang dipandang “sukses” dalam meniti hidupnya, pantas diteladani, namun mereka tetap gagah menyebut dirinya sebagai Radiografer. Atau paling tidak, mereka tetap merasa sebagai bagian dari Keluarga Besar Radiographer Indonesia.

Dengan demikian, kata “jejak lain” pada JLSR sama sekali tidak tepat kalau dikontradiksikan dengan “Radiografer”.

“Jejak lain” pada JLSR adalah jejak yang sinergis dan konstruktif bagi upaya pengembangan dan penguatan profesi Radiografer.

Anda masih tidak percaya…?

Buktikan sendiri dengan menghadiri pagelaran JLSR edisi Juni 2011, yang insya Allah akan dilaksanakan pada Sabtu, 11 Juni 2011, Pkl. 08.00-14.00 WIB di Auditorium Jurusan Gizi Poltekkes Jakarta II.

O,ya ada tiga Nara sumber yang akan menjadi pembicara, beliau adalah:
1. Puji Supriono
2. Hasan Basri
3. Bambang Sutrisno Wibowo

Bila Anda berniat hadir, Contact Person yang bisa dihubungi adalah Riris : 085718969760 dan Ephi 085693548248.

Setelah menghadiri acara ini, diskusi tentang JLSR kami buka seluas-seluasnya. Terimakasih.

Jejak Lain Sang Radiografer edisi Juni 2011

JEJAK LAIN SANG RADIOGRAFER (selanjutnya disingkat JLSR) adalah bentuk lain / modus baru pelecehan terhadap profesi Radiografer. Demikian pendapat seorang kawan dalam menanggapi keberadaan kegiatan yang bertajuk JLSR. “Kok bisa…?!”, aku bertanya. Dengan mengedepankan “jejak lain” daripada “radiografer” bisa difahami bahwa bobot radiografer seolah-olah dipersepsi lebih rendah, lebih tidak berkualitas dan lebih tidak bermakna.


Mencermati pelaksanaan JLSR sejak edisi pertama hingga yang akan digelar bulan ini, para pegiat JLSR begitu gagahnya membangga-banggakan sisi “jejak lain’ dan meniadakan eksistensi radiografer. Kalimat yang kerap terungkap diantara mereka adalah pernyataan, “ngapain jadi radiographer, mau jadi tukang pencet tombol teruuus…???” atau kalimat, “ngapain jadi radiographer, mau jadi tukang tarik nafas-tahan nafas teruus…???” Duuuuuh………..

Benarkah pendapat kawan saya tadi?

Bagaimana pendapat Anda?

Kalau sekadar menyimak pernyataan diatas, seolah-olah pendapat kawan saya tadi mutlak benar, padahal belum tentu.

Sejawat Radiografer yang budiman,

Pada kesempatan yang berbeda, saya bertanya kepada kawan-kawan yang pernah menghadiri acara JLSR. Apa komentar mereka:
- Sangat inspiratif (Samuel)
- Bagus, edukatif, kreatif… (Hendra)
- Mengugah, bermanfaat bangets… (Mamen)
- Muantabs… Lanjutkan !!! (Mega)

back to top